Monday, September 6, 2010

"Terima kasih dan syukur" adalah pembuka pintu kebahagiaan



Beberapa hari yang lalu, ada kejadian yang cukup menarik. Di saat saya berada di jalan raya dengan mengendarai mobil, tiba-tiba di salah satu perempatan yang saya lalui, pada saat lampu merah menyala dan mobil-mobil berhenti, ada seorang pengemis yang mendekati sebuah mobil di depan mobil saya. Setelah meminta-minta kepada pengemudi mobil di depan saya tersebut, saya melihat pengemis itu akhirnya mendapatkan uang koin dari si pengemudi. Tetapi yang membuat saya terkejut, tanpa mengucapkan terima kasih, tiba-tiba pengemis itu spontan membuang uang koin ke jalan raya dengan cara membantingnya di depan si pengemudi yang telah memberi uang koin tersebut. Si pengemis itu tidak sempat mendekati mobil saya, karena lampu hijau keburu menyala, sehingga mobil saya segera berlalu. Saya menduga mungkin si pengemis itu diberi uang koin sebesar Rp 100,- atau Rp 200,- oleh pengemudi mobil di depan saya tadi,  sehingga pengemis itu menganggap pemberian tersebut tidak ada artinya dan dia bersikap tidak mau menerima, tidak menghargainya, bahkan kemudian membuangnya.

Kejadian tersebut mengingatkan saya bahwa tanpa kita sadari kadang-kadang kita sering bertingkah laku seperti si pengemis itu saat kita menerima sesuatu yang menurut ukuran kita "tidak besar" atau “kurang” sehingga kita tidak menghargainya. Bahkan kita sering protes kepada Tuhan dan mengeluh apabila kita membandingkan apa yang kita miliki jauh berbeda dengan apa yang orang lain miliki, seperti misalnya “mengapa rumah saya tidak sebesar rumah si anu” “mengapa mobil saya tidak sebagus mobil si anu”, “ mengapa saya tidak sepintar si anu”, “mengapa gaji saya tidak sebanyak si anu”, “mengapa istri saya tidak secantik si anu”, dan masih banyak lagi lainnya.

Sebagai manusia memang kita dikelilingi oleh berbagai kondisi yang berbeda. Sikap membandingkan seperti contoh di atas, merupakan ekspresi tidak puas atas segala sesuatu yang kita miliki sehingga kita merasa terus kekurangan. Sikap ini justru akan mendatangkan energi negatif seperti iri hati dan memicu kita untuk selalu melihat ke dalam kondisi serba kekurangan, karena peristiwa apapun bagusnya kita menjadi terbiasa melihat kekurangannya daripada kelebihannya. Ujung-ujungnya, hal tersebut akan dapat membawa kegelisahan dan ketidakbahagiaan di batin kita, karena keinginan kita untuk memiliki sesuatu yang “lebih” tersebut tidak terpenuhi.

Sebaliknya, sikap menghargai apapun yang kita miliki akan membawa kita dalam kondisi bersyukur dan berkelimpahan, karena kita menjadi terbiasa menerima segala sesuatu sebagai karunia yang patut kita syukuri. Sekalipun sesuatu itu yang kita miliki atau alami mungkin tidak terlalu istimewa, tetapi kita selalu menganggap bahwa hal tersebut memang istimewa buat kita dan hal inilah yang akan membuka mata kita untuk melihat nilai-nilai positif dari segala sesuatunya, bahkan termasuk mendatangkan peluang dan kesempatan yang kadang orang lain belum tentu dapat melihatnya.

Di samping itu sikap bersyukur juga akan dapat menghemat energi kita, karena dengan bersyukur, konflik batin seperti kecemasan, kegelisahan, marah dan dendam yang kita miliki yang terjadi karena keinginan kita untuk memiliki sesuatu yang "lebih" tersebut tidak terpenuhi akan hilang dengan sendirinya. Sehingga kita akan dapat mencurahkan energi tersebut untuk hal-hal lain yang lebih bermanfaat.

Jadi mengapa kita tidak mencoba untuk mulai menghargai segala sesuatu yang kita miliki. Kalau kita melihat rumah kita yang kecil, lihatlah bahwa rumah itu telah berjasa menaungi kita di saat hujan dan panas. Kalau kita melihat bahwa mobil kita yang tidak lux, bukankah mobil tersebut telah berjasa membawa dan menemani kita dalam setiap aktifitas. Kalau kita merasa kita tidak sepintar atau secantik orang lain, bukankah kita memiliki bakat lain misalnya seperti pintar bergaul atau bakat kreatifitas seni atau olah raga yang belum tentu orang lain miliki. Kalau gaji kita tidak sebesar gaji orang lain, bukankah kita memiliki kesehatan yang prima dan keluarga dan teman-teman yang mengasihi kita yang mungkin perhatian mereka tidak bisa dinilai dengan uang.

Memang di dalam hidup ini banyak hal yang mungkin berjalan tidak sesuai seperti apa yang kita inginkan, bahkan ada banyak hal yang terjadi di luar kendali kita. Namun dengan membiasakan diri untuk selalu bersikap bersyukur dan berterima kasih, kita akan dapat melihat sisi positif dari apapun peristiwa yang kita alami. Jadi, marilah kita bersyukur dan berterima kasih atas hal-hal apapun di sekitar kita, sehingga pintu kebahagiaan akan selalu terbuka untuk kita.

Ditulis oleh : Ati Paramita
Foto :  "Terima kasih" di TMII, Jakarta oleh Ati Paramita

No comments:

Post a Comment